Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Pendidik yang tidak mendidik

Gambar
Duduk di sofa bersampingan dengan guru BK, aku mengadu kekejian temannya yang sudah berpangkat wakil kepala sekolah. Ia kelihatan bingung -tercunguk diam berpikir kalimat apa yang harus dilontarkan untuk melindungi temannya itu. Ibuku yang tak bisa berkata apa-apa melihat aksiku melemparkan argumen keras atas kelakuan cabul seorang guru yang tak ingin aku hormati lagi. “Si Berengsek itu sudah memukul pantat pacarku pak” Ucapku sambil mekontrol emosi yang sedari tadi ingin menghajar seorang guru yang dalam hukum lebih baik disebut oknum.   “Bagaimana kondisinya waktu itu” tanya guru BK yang mulai menggagap. “Pacar saya sedang menulis sebuah soal di papan tulis, lalu guru itu datang entah darimana, matanya melirik kami yang berjumlah tiga puluh enam siswa (36). Lalu tanpa aba-aba ia memukul pantat pacarku di depan mataku sendiri. Aku meneriaki dia, tapi apa daya, aku hanya bermental pecundang kala itu” “Pak (sebut saja MI) orangnya suka bercanda, kadang bercandanya tidak ...

Kau Kemanakan Tulisanku?

Gambar
   Tepat pada hari ini, air mataku mengering membuat rasa tak nyaman batin. Ingin sekali aku menangis tetapi tidak dapat kulakukan lagi, ada apa dengan pikiran dan hatiku ini, kemanakah engkau wahai batin. Kumohon meledaklah semuanya sehingga hancur berkeping-keping sakit hati ini. Bawakan aku bom untuk kutiduri, bawakan aku dinamit untuk persandaran kepalaku, bawakan aku nuklir untuk selimut tidurku. Maka terbangunlah aku mendapati lembaran kertas sudah terisi dengan tulisan tangan yang jelek seperti wajahku saat melamun. Tetapi aku merasa ada yang kurang dari lembaran ini, lembaran yang penting melebihi nyawaku. Oh kemanakah tulisanku, mengapa engkau lari daripadaku, janganlah kiranya engkau membenci aku. Sang komandan pleton dari arah jam satu berteriak padaku. “hei pasukan bangun dan carilah tulisanmu itu”. Aku bingung dan terdiam, keadaan dan tempat ini membuatku terkejut, bukankah seharusnya aku berada didalam jeruji besi. Hingga aku menyadari, darimana asaln...

Ungkapan intoleransi radikal diri

Gambar
Duduk di halaman rumah sambil menghembuskan asap sebatang rokok seharga seribu rupiah bersama teman tak seiman, ia bertanya padaku "tunjukan ayat dimana nabi ISA mengatakan dirinya Tuhan dan sembahlah aku" Aku terdiam sekitar tiga puluh detik menatap bulan sembari berpikir apakah bulan bisa menyinariku dengan jawaban. lalu aku mengalami pengelihatan mistis di bulan itu, dimana aku melihat seorang pria berumur tiga puluh tahunan disiksa dan didera di atas permukaan bulan teringatlah aku sebuah alasan kenapa orang Yahudi ingin membunuh dan menyalibkan Yesus. Alasan orang Yahudi membunuh dan menyalibkan Yesus adalah karena dia menyetarakan dirinya dengan Tuhan, sehingga dia dihakimi karena telah menghujat Tuhan. Aku melihat temanku itu dengan tersenyum sambil berkata "Maaf, aku tidak bisa menjawabnya". "Soalnya Tuhan Yesus tidak pernah sombong" sambungku. Luigi Iram Rangi, Pontianak 20 September 2024

Kisah Hari Ini

Gambar
kisah indah hari ini aku bangun kesiangan aku  makan siang dengan lauk ayam aku masih bisa olahraga aku bermain game aku bisa mandi air bersih aku makan burger sebagai makan malam aku berkumpul dengan keluarga kecilku dan aku menelpon kekasihku sebelum tidur kekasihku tertidur duluan dan hati ini masih mencintainya aku mengucapkan selamat malam kepada kekasihku dan ibuku aku menonton film jam 12 malam aku masih hidup sampai saat ini   sungguh ajaib engkau ya Tuhan terimakasih Tuhan Yesus Pontianak, 7-8 Juli 2022

Mukjizat Datang Ketika Membeli Nasi Padang

Gambar
Pulang ngopi bermodalkan uang pas-pasan, trend anak muda sekarang yang tak tahu apa gunanya, hanya memakai baju kaos dan celana bekas pel lantai. Aku pulang dengan temanku naik motor vario melintasi gelapnya malam dan terangnya lampu jalanan. Badan gemetar bercampur keringat dingin menandakan asam lambung sudah naik. “Nasi padang cuy” ucap kawanku yang tak tahan menahan perut kosongnya. Temanku menarik gas motor sehingga kami ngebut menyelip banyak kendaraan besar, tak peduli dengan apapun yang kami lewati, yang kami pikirkan hanyalah sebuah nasi dengan kuah rendang dan sepotong ayam untuk dilahap. Sesampainya di depan sebuah rumah makanan khas padang, kami memesan dua porsi nasi padang dengan harga yang dapat dijangkau pengangguran. Saat hendak membayar, aku terkejut setengah panik, sebab uangku hampir habis hanya untuk ngopi. “duit aku kurang cuy” ucapku dengan panik. Temanku hanya membawa uang pas, dan uangku tersisa lima lembar dua ribu. Perut kosong dan keringat dingin...