Pendidik yang tidak mendidik

Duduk di sofa bersampingan dengan guru BK, aku mengadu kekejian temannya yang sudah berpangkat wakil kepala sekolah. Ia kelihatan bingung -tercunguk diam berpikir kalimat apa yang harus dilontarkan untuk melindungi temannya itu. Ibuku yang tak bisa berkata apa-apa melihat aksiku melemparkan argumen keras atas kelakuan cabul seorang guru yang tak ingin aku hormati lagi. “Si Berengsek itu sudah memukul pantat pacarku pak” Ucapku sambil mekontrol emosi yang sedari tadi ingin menghajar seorang guru yang dalam hukum lebih baik disebut oknum. “Bagaimana kondisinya waktu itu” tanya guru BK yang mulai menggagap. “Pacar saya sedang menulis sebuah soal di papan tulis, lalu guru itu datang entah darimana, matanya melirik kami yang berjumlah tiga puluh enam siswa (36). Lalu tanpa aba-aba ia memukul pantat pacarku di depan mataku sendiri. Aku meneriaki dia, tapi apa daya, aku hanya bermental pecundang kala itu” “Pak (sebut saja MI) orangnya suka bercanda, kadang bercandanya tidak ...