Pulang ngopi bermodalkan uang pas-pasan, trend anak muda sekarang yang tak tahu apa gunanya, hanya memakai baju kaos dan celana bekas pel lantai. Aku pulang dengan temanku naik motor vario melintasi gelapnya malam dan terangnya lampu jalanan. Badan gemetar bercampur keringat dingin menandakan asam lambung sudah naik.
“Nasi padang cuy” ucap kawanku yang tak tahan menahan perut kosongnya.
Temanku menarik gas motor sehingga kami ngebut menyelip banyak kendaraan besar, tak peduli dengan apapun yang kami lewati, yang kami pikirkan hanyalah sebuah nasi dengan kuah rendang dan sepotong ayam untuk dilahap.
Sesampainya di depan sebuah rumah makanan khas padang, kami memesan dua porsi nasi padang dengan harga yang dapat dijangkau pengangguran. Saat hendak membayar, aku terkejut setengah panik, sebab uangku hampir habis hanya untuk ngopi.
“duit aku kurang cuy” ucapku dengan panik.
Temanku hanya membawa uang pas, dan uangku tersisa lima lembar dua ribu. Perut kosong dan keringat dingin, otak ku berusaha keras berpikir. Saat itu pula yang kuingat hanyalah Tuhan, seketika itu pula jumlah uang yang acak-acakan di dalam dompet menjadi pas untuk membayar satu porsi nasi padang.
“Puji Tuhan” ucapku dengan rasa bersyukur
Terkejutlah aku saat kulihat lagi, dompetku sudah tak ada isinya lagi. Akhirnya kami pulang kerumah dengan obrolan masa muda yang tak jelas tanpa arah, sana sini tidak ada hasil.
Nasi padang itu kulahap dengan rasa syukur, yang padahal aku jarang sekali bersyukur saat makan. Entah mengapa hari ini begitu spesial, sebab aku mendapat mukjizat Tuhan pada hal tak terduga, yang menyadarkanku sungguh besar kasihnya.
Pontianak, 13 April 2022