Sajak ini ku tulis untuk perempuan yang sangat ku sayangi dan ku kasihi jangan benci aku wahai kekasih, jangan pula lupakan aku, aku lah penyebab masalahmu, kau bersama dia yang diselimuti hitam, sedangkan aku menangis di bawah terang. aku minta maaf sebab bukan engkau yang bersalah. aku sayang kamu wahai kekasihku. sajak ini ku tulis karena penderitaanku akan cinta, aku meninggalkan kekasihku karena kebodohanku sendiri, sedangkan dia menangis di bawah hujan yang deras di pontianak. Ketika aku kembali padanya, dia terus memendam lahar panas emosi yang ada di jiwanya. Aku sadar akan itu, aku menangis merintih mengingat bahwa aku lah yang membuatnya begitu. Sekarang dia bersama penggantiku saat aku jauh dari fisiknya, aku tak tahu kenapa engkau menemukan kenyamanan pada orang lain sedangkan aku mau tumbuh dewasa bersamamu. aku selalu berdoa kepada Tuhan, bahwa engkaulah kekasih yang kucinta. aku akan selalu menunggu kamu, bahkan ketika aku mati lebih dulu, aku akan selalu mendoakan...
Kuteguk lagi air teh yang bersimbah darah Ia tertahan dalam mulut yang ingin memaki Semakin ia bertahan, semakin dia ingin mati Cahaya mentari menikam kerinduanku lagi Kutuliskan lagi. tinta bercampur darah, Pustaka tak tergapai. ia membunuh, ia menikam dengan sangat kuat. -lalu aku mati terhanyut luka Daun mulai berjatuhan, kala -awan melihat tangisku. -Aku pun kalah dengan telak. Luigi Iram Rangi, Pontianak 4 Januari 2025
Komentar