Kau Kemanakan Tulisanku?

Tepat pada hari ini, air mataku mengering membuat rasa tak nyaman batin. Ingin sekali aku menangis tetapi tidak dapat kulakukan lagi, ada apa dengan pikiran dan hatiku ini, kemanakah engkau wahai batin. Kumohon meledaklah semuanya sehingga hancur berkeping-keping sakit hati ini. Bawakan aku bom untuk kutiduri, bawakan aku dinamit untuk persandaran kepalaku, bawakan aku nuklir untuk selimut tidurku. Maka terbangunlah aku mendapati lembaran kertas sudah terisi dengan tulisan tangan yang jelek seperti wajahku saat melamun. Tetapi aku merasa ada yang kurang dari lembaran ini, lembaran yang penting melebihi nyawaku. Oh kemanakah tulisanku, mengapa engkau lari daripadaku, janganlah kiranya engkau membenci aku. Sang komandan pleton dari arah jam satu berteriak padaku. “hei pasukan bangun dan carilah tulisanmu itu”. Aku bingung dan terdiam, keadaan dan tempat ini membuatku terkejut, bukankah seharusnya aku berada didalam jeruji besi. Hingga aku menyadari, darimana asal...